Pada awalnya bernama Kerajaan Berau, Raja Berau yang pertama adalah Baddit Dipattung dengan gelar Aji Surya Nata Kusuma 1377-1401. Lalu pada permulaan abad ke XVII pergantian Raja secara teratur dari ayah kepada anak spt yg terjadi 9 generasi terdahulu tdk terbagi lg. Karena Aji Dilayas Raja ke IX berputra dua orang Pangeran yg berlainan ibu yaitu Pangeran Tua dan Pangeran Dipati. Sesudah Aji Dilayas mangkat kedua pangeran ini masing-masing didukung keluarga ibunya bersikeras mau menjadi raja. Akhirnya dengan keputusan musyawarah kerajaan kedua pangeran dan seterusnya keturunan mereka bergantian menjadi raja. Hingga akhirnya sampai pada Raja Alam (Sultan Alimuddin ) putera Sultan Amiril Mukminin turunan Pangeran Tua. Ketika giliran Raja Alam terjadi kericuhan sebab turunan Pangeran Dipati sudah 5 kali mendapat giliran sebagai Raja sedang turunan Pangeran Tua baru 4 kali. Suasana menjadi tegang hal ini memicu terjadinya insiden dibeberapa tempat. Setiap musyawarah kerajaan dan kedua keluarga dalam penetapan giliran selalu timbul persengketaan yang berbahaya bagi kelangsungan hidup kedua keluarga ini. Lalu diputuskan untuk membagi wilayah atas dua Kesultanan. Yaitu sebelah Utara sungai Berau (Kuran) serta tanah kiri kanan sungai Segah menjadi Kerajaan Gunung Tabur diperintah oleh Sultan Gazi Mahyudin (Sultan Aji Kuning II ) kemudian sebelah Selatan sungai Berau (Kuran) dan tanah kiri kanan sungai Kelay menjadi Kerajaan Sambaliung diperintah oleh Raja Alam (Sultan Alimuddin ). Kedudukan pemerintah di Muara Bangun dipindahkan. Sultan Aji Kuning II memilih Gunung Tabur yg terletak disebelah kanan Muara cabang sungai Segah sebagai pusat pemerintahannya. Sultan Alimuddin ( Raja Alam ) memindahkan pusat pemerintahannya di kampung Gayam sebelah kanan masuk sungai Kelay disebut Tanjoeng. Sesuai dengan keputusan Seminar Hari Jadi Kota Tanjung Redeb tahun 1992 peristiwa itu terjadi pada tanggal 15 September tahun 1810 yang selalu diperingati di Berau setiap tahun sebagai Hari Jadi Kota Tanjung Redeb. Sultan Alimuddin inilah Sultan pertama dari Tanjung yang kemudian bernama Kerajaan Sambaliung. Dulu posisi istananya ada di Tanjung dekat Muara kanan sungai Kelay tetapi dibakar dan dihancurkan oleh Belanda. Setelah kerajaan Berau terbagi dua, kedua Kesultanan ini hidup berdampingan secara damai, karena mereka sadar bahwa mereka berasal dari satu rumpun keluarga besar Aji Surya Nata Kusuma. Kesultanan Sambaliungpun membangun istananya kembali. Hanya penulis-penulis sejarah Belanda membesar-besarkan perbedaan pendapat antara kedua Kesultanan itu sesuai dengan politik adu domba demi suksesnya penjajahan mereka. Jadi saat perpecahan terjadi bukan karena campur tangan Belanda justru setelah perpecahan tsb Belanda berusaha ingin menghancurkan keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar