Jumat, 02 September 2016

AMPIK SALAYANG

☆ PAKAIAN ADAT PENGANTIN AMPIK SALAYANG ☆

Asal mula hadirnya "PAKAIAN ADAT PENGANTIN AMPIK SALAYANG" atau dalam bahasa Indonesia artinya "kain/sarung selembar" ini bermula dari kisah Raja Alam (Sultan Alimuddin) Sultan pertama di Kerajaan Sambaliung thn 1810-1834 kemudian melanjutkan pemerintahan kembali setelah dibuang ke Makssar thn 1837-1844. Saat masa pembuangan bersama istrinya di Makassar Raja Alam tidak membawa barang-barang Kerajaan dan pakaian kebesarannya. Karena rasa cinta dan kasih kepada suaminya Raja Alam maka istrinya yang bernama Andi Nantu memberikan hadiah berupa kain sutra sepanjang 7 m yang berwarna kuning. Seperti kita ketahui bersama bahwa warna kuning adalah lambang kejayaan, keagungan dan kemegahan. Sebagai manifestasi kekaguman terhadap suaminya yang gagah berani berjuang melawan penjajah demi harga diri membela kebenaran. Untuk mengenang Raja Alam kain tersebut dinamakan "Ampik Raja Alam" karena kain tersebut adalah kain kesayangan Raja Alam. Kain itu disimpan dengan baik oleh Raja Alam demi menghargai pemberian istrinya. Ketika Sultan Salehuddin sebagai Sultan ke V thn 1863-1869 ingin menikahkan putrinya namun saat itu Kesultanan Sambaliung belum memiliki busana adat pengantin. Akhirnya keturunan dari  Andi Nantu (istri Raja Alam) memberikan kain/sarung selembar milik Raja Alam tersebut kepada cucu Raja Alam yaitu Pangian Bungsu saat akan melangsungkan pernikahan. Maka dibuatlah kain/sarung selembar milik Raja Alam tsb menjadi pakaian adat pengantin Kesultanan Sambaliung sebagai penghormatan kepada nenek moyangnya. Kain/sarung selembar yang sudah menjadi pakaian adat pengantin itu dikenal dengan nama "AMPIK SALAYANG". Itulah kenapa AMPIK SALAYANG tidak dikenakan oleh semua orang Berau/Banua saat melangsungkan pernikahan karena pakaian adat pengantin Kerajaan Sambaliung tsb memiliki nilai kesakralan dan filosofi yang tinggi. Kami seluruh kerabat Kesultanan Sambaliung selalu mengenakan pakaian tsb saat melangsungkan pernikahan. By @Datu Edy Sambaliung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar